Cari Blog Ini

Khaled Khalifa: Novelis Suriah yang Karyanya Dilarang Terbit

 

Khaled Khalifa
Khaled Khalifa saat diwawancarai Renée Ragin (sumber: tangkapan layar Youtube)

Aku mengenal Khaled Khalifa sejak berada di semester 6. Waktu itu aku menggunakan salah satu karya novelis ini untuk tugas mata kuliah Metodologi Penelitian (Metlit).

Sampai semester 7 aku menggunakan novel yang sama, yakni Al-Maut ‘Amal Syaaq atau Death Is Hard Work untuk matkul Seminar Proposal (Sempro).

Selain novel yang sudah kusebutkan tadi, aku juga sudah membaca karya Khaled lainnya yang berjudul Laa Sakaakin Fi Mathabihi Hadzihi Al-Madinah atau No Knives In The Kitchen of This City.

Aku membaca dua karya tersebut dalam versi terjemahan bahasa Inggris dan untuk memudahkanku membaca berulang kali, aku juga menerjemahkan secara ‘apa adanya’ menggunakan bahasa Indonesia.

Namun, pada akhirnya, aku tidak jadi menggunakan Al-Maut ‘Amal Syaaq sebagai korpus karena berbagai alasan. Lalu, aku mencoba kemungkinan menggunakan karya Khaled Khalifa yang lainnya, termasuk novel terbaru yang baru terbit terjemahan versi bahasa Inggrisnya pada bulan Juli tahun ini.

Sebuah Berita Duka

Kemarin aku tergerak untuk mencari tahu lagi tentang sosok Khaled Khalifa lagi karena alasan yang tadi sudah kusebutkan. Aku menuliskan nama “Khalid Khalifa” di Google.

Aku malah mendapati ada yang berbeda dari biodatanya yang muncul di mesin pencari tersebut. Tertera di situ Khalid Khalifa sudah meninggal sejak 30 September 2023 pada usia 59 tahun. Aku kaget bukan main.

Kemudian aku scroll ke bawah untuk mencari berita apa saja yang muncul. Beberapa situs media menampilkan berita duka tentang Khaled, termasuk The New York Times dan The Guardian. Setelah membaca berita dari kedua situs tersebut aku jadi tahu kalau penyebab kematiannya adalah serangan jantung.

Aku merasa sedih karena baru mengetahui berita ini setelah sebulan kemudian ((:

Biodata Singkat Khaled Khalifa

Khaled Khalifa dikenal sebagai sastrawan terkenal dari Suriah dan menjadi salah satu penulis yang paling berpengaruh di jagat sastra Arab kontemporer.

Pria kelahiran Aleppo pada 1 Januari 1964 ini mengenyam pendidikan hingga jenjang tinggi di kota yang sama. Di perguruan tinggi, Khaled mengambil jurusan Hukum yang kemudian ia sadari bukan renjananya. Menjadi penulis, terutama penulis novel, adalah jalan yang ia pilih.

Khaled dibesarkan di dalam keluarga yang miskin dan buta huruf. Ayahnya adalah seorang petani di desa tempatnya tinggal, Urum al-Sughra.

Meskipun memutuskan untuk tinggal di Damaskus hingga kematian menjemputnya, hampir semua karya Khaled Khalifa mengambil latar tempat di Aleppo, terutama karena kedekatan emosionalnya dengan kota tersebut.

Khaled Khalifa pernah ditawari “suaka” di Eropa dan Lebanon, namun ia bersikeras untuk tetap tinggal di kota yang mendapat julukan Mutiara dari Timur itu.

Btw, Khaled adalah salah satu orang yang dilarang untuk pergi ke luar Suriah, kecuali harus izin dulu ke pemerintah.

Karya-Karyanya

Khaled Khalifa
Karya-karya Khaled Khalifa

Ciri khas yang paling melekat pada karya-karya Khaled Khalifa adalah keberaniannya dalam mengkritik situasi sosial yang terjadi di negaranya, terutama mengkritik terjadinya perang sipil dan betapa bobroknya pemimpin yang sedang berkuasa.

Khaled tak segan memadukan kritiknya dengan humor yang berkelas. Ia juga berani mengangkat tema tentang sensualitas dan seksualitas, yang sering dianggap tabu, pada salah satu novelnya (baca saja novel yang berjudul No Knives in the Kitchens of This City).

Hampir semua novel Khaled dilarang terbit di Suriah. Sebagai alternatif, Khaled menerbitkan beberapa karyanya di Lebanon dan Mesir. Meskipun begitu, karya-karyanya malah mendapatkan perhatian yang cukup besar dari negara Arab lain, bahkan dunia.

Total enam novel yang sudah ditulis Khaled Khalifa. Novel pertamanya yang berjudul The Guard of Deception ‘gagal’ mencuri atensi publik. Setelah itu, ia memutuskan untuk menulis naskah film.

Berikut daftar enam novel Khaled Khalifa beserta tahun terbit, judul terjemahan dalam bahasa Inggris (jika ada), dan penghargaan yang diraih.

1.       Haris al-Khadi’a (The Guard of Deception), terbit pada tahun 1993.

2.       Dafatir al-Qurbat (The Gypsy Notebooks), terbit pada tahun 2000, sempat ditahan oleh Arab Writers Union selama empat tahun.

3.       Madih al-Karahiya (In Praise of Hatred – diterjemahkan oleh Leri Price), dilarang beredar di Suriah setelah diterbitkan di Damaskus pada tahun 2006 kemudian diterbitkan ulang di Beirut, finalis International Prize for Arabic Fiction (2008).

4.       La Sakakin fi Mathabikh Hazhihi al-Madina (No Knives in the Kitchens of This City – diterjemahkan oleh Leri Price),terbit di Kairo pada tahun 2013, mendapatkan penghargaan Naguib Mahfouz Medal for Literature dan finalis International Prize for Arabic Fiction (2014).

5.       Al-Maut ‘Amal Syaq (Death Is Hard Work – diterjemahkan oleh Leri Price), finalis National Book Award for Translated Literature (2019).

6.       Lam Yushil ‘Alayhim Ahad (No One Prayed Over Their Graves – diterjemahkan oleh Leri Price),finalis International Prize for Arabic Fiction (2020) dan finalis National Book Award for Translated Literature (September 2023).

Demikian gambaran singkat mengenai sosok Khaled Khalifa, seorang novelis Suriah yang kepergiannya meninggalkan kesedihan mendalam bagi pecinta sastra Arab, terutama aku pribadi.

“Suaranya” dalam membela kebenaran akan abadi. Keberaniannya akan menjadi teladan bagi generasi muda di sana. Kecintaannya pada Suriah patut diapresiasi. Selamat jalan, Khaled Khalifa. Semoga tenang di sana!

Sebagai penutup, berikut adalah video dokumenter pendek berjudul Exiled at Home (2019) karya Lina Sinjab yang menggambarkan sekelumit tentang kehidupan Khaled Khalifa. Selamat menonton!



Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url