Sindiran untuk Orang Dewasa dari Pangeran Cilik
![]() |
| (www.pexels.com) |
Setelah di
artikel sebelumnya aku membagikan pengalamanku membaca Le petit prince
karya Antonie de Saint-Exupéry dalam dua versi terjemahan bahasa Indonesia, kali
ini aku bakal membedah novel ini secara lebih mendalam.
Aku menggunakan
novel Pangeran Cilik terjemahan bahasa Indonesia versi Hendri Chambert-Loir
sebagai rujukan. E-book novel ini bisa kamu baca di Gramedia Digital, ya.
Sebagai
pengingat, karya yang asalnya berbahasa Prancis ini dinobatkan sebagai novel Prancis
yang paling banyak diterjemhkan dengan total lebih dari 150 bahasa dan dialek,
termasuk bahasa Indonesia. Penjualan novel ini pun luar biasa, yakni mencapai
lebih dari 140 juta copy hingga kini.
Profil Singkat Antoine de Saint-Exupéry
Lahir di Lyon,
Prancis pada 29 Juni 1900, pemilik nama lengkap Antoine Marie Roger de Saint-
Exupéry atau akrab disapa sebagai Antoine de Saint-Exupéry ini dibesarkan
di tengah keluarga bangsawan.
Antoine adalah putra
ketiga dari lima bersaudara, anak dari pasangan Marie de Fonscolombe dan Count
Jean de Saint-Exupéry.
Di masa dewasa,
Antoine menapaki karier di dunia penerbangan. Pada tahun 1926, ia resmi menjadi
bagian di Aeropostale. Ia juga menjadi salah satu pilot pelopor yang membuka
jalur pos menuju koloni-koloni Amerika Selatan dan Afrika.
Di sela-sela
kesibukannya sebagai penerbang, Antoine memanfaatkan waktu luangnya untuk menulis. Hobinya tersebut
mengantarkannya menghasilkan lebih dari 10 karya sastra, salah satunya Le
Petit Prince (1943).
Antoine
menyatakan Le Petit Prince merupakan novel yang berisi sepotong dari
kisah hidupnya, terutama agar ia terus bisa mengenang masa anak-anak.
Selain menjadi
inspirasi dalam menulis, kecintaannya pada dunia penerbangan juga
mengantarkannya pada kematian. Tepatnya pada 31 Juli 1944, pesawat yang
dikemudikan oleh Antoine de Saint-Exupéry dinyatakan hilang di lautan
Mediterania, pada saat yang sama ia juga dinyatakan meninggal dunia.
Sinopsis Novel Pangeran Cilik
Cerita dibuka
dengan kisah narator (tokoh aku) yang merasa kecewa karena apa yang ia gambar
dipersepsikan berbeda oleh orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya.
Gambar ular sanca
yang sedang memakan gajah itu dianggap orang dewasa sebagai topi dan gambar
lainnya. Orang dewasa gagal menebak gambar apa sesungguhnya.
Suatu hari sang Narator
pergi dengan pesawat terbangnya dan mengalami kecelakaan di gurun pasir. Sudah beberapa
hari ia di situ, namun tidak ada tanda-tanda akan datang pertolongan.
Cerita berlanjut
pada bertemunya Narator dengan Pangeran Cilik, kemudian mereka menjalin
pertemanan. Ajaibnya, Pangeran Cilik bisa menebak gambar si Narator yang
sebelumnya selalu gagal ditebak oleh orang dewasa.
Merasa penasaran,
Narator mencari tahu siapa gerangan anak kecil yang ditemuinya itu. Ia menggunakan
jubah dan berambut pirang. Penampilannya terlihat berbeda daripada manusia pada
umumnya, terutama anak kecil.
Singkat cerita,
Pangeran Cilik menceritakan dirinya berasal dari asteroid B612, sebuah planet
kecil yang hanya ditinggali olehnya dan bunga mawar.
Pangeran Cilik
menceritakan kepada Narator kisah perjalanannya sebelum sampai di Bumi. Ia sempat
mendarat di enam planet lainnya sebelum berada di planet yang dihuni oleh
manusia ini.
Nah, dari setiap
planet itu, Pangeran Cilik bertemu dengan beragam jenis orang. Mereka ada yang
menyebut dirinya sebagai raja, sehingga semua makhluk harus tunduk padanya.
Ada juga yang
kerjaannya hanya menyalakan dan mematikan lampu, menghitung bintang, hingga
seorang yang menganggap dirinya sebagai ahli Bumi.
Setiap orang yang
ditemuinya membuat Pangeran Cilik penasaran dan melontarkan pertanyaan yang
membuat pembaca menemukan life’s lessons.
Dan, yang paling
penting, setiap orang tersebut adalah gambaran dari manusia itu sendiri,
terutama watak dan kerumitan berpikirnya.
Sindiran untuk Orang Dewasa
Seperti yang
sudah disebutkan sebelumnya, novel ini merupakan novel anak-anak, namun
ditujukan untuk orang dewasa. Sehingga, cerita yang ada di dalamnya mengajak
orang dewasa untuk merenung dan berhenti sejenak dalam menjalani kehidupan.
Seperti ini
gambarang sindiran untuk orang dewasa dari novel ini.
1.
Rasa Penasaran yang Tinggi
Coba kamu
ingat-ingat lagi masa kanak-kanak yang kamu lalui. Begitu banyak pertanyaan
yang ingin kamu ajukan kepada orang dewasa karena kamu memiliki rasa penasaran
yang tinggi terhadap banyak hal.
Akan tetapi,
orang dewasa di sekitarmu malas menjawab pertanyaan-pertanyaanmu yang terkadang
di luar nalar dan susah untuk dijawab. Lalu, mereka mematikan rasa penasaranmu
dengan mengabaikan setiap pertanyaan yang kamu ajukan.
Dari novel tipis
ini membuatku belajar bahwa saat dewasa, aku sebisa mungkin akan melayani
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh anak kecil.
2.
Sisi Anak-Anak yang Mulai Hilang
Selain bertanya
dan memiliki rasa penasaran yang tinggi, anak-anak juga memiliki ciri khas suka
bermain, berkhayal, dan bahagia dengan apa pun yang ada di hadapannya.
Bagaimana dengan kehidupan kita saat menginjak dewasa? Arrgh, rasanya kita hanya akan merasa bahagia jika
memenuhi standar-standar tertentu, misalnya jika sudah kaya, pintar, atau
merasa cantik/ganteng.
Kita merasa
sedang berlomba-lomba untuk mencapai itu semua. Padahal, sepanjang hidup kita
akan menemui berbagai jenis emosi, seperti marah, sedih, kecewa, dan
sebagainya.
3.
Melihat dengan Hati
Kamu pasti sudah sering mendengar pepatah “don’t judge a
book by its cover”. Realitanya,
kita sering melihat segala sesuatu dari penampilan luarnya saja. Padahal,
setiap orang adalah lebih dari apa yang nampak darinya.
Dari sini kita belajar bahwa bisa saja prasangka yang kita
sematkan pada seseorang berdasarkan penampilannya saja malah menimbulkan
kesalahan.
Berbeda dengan ketika masih kanak-kanak, kita tidak pernah
merisaukan dengan siapa kita berteman. Kita bisa menganggap semua orang itu
baik.
4.
Hidup dengan Terburu-buru
Kita hidup di
zaman yang menuntut kita untuk bergerak dengan cepat. Padahal, tidak ada
salahnya untuk memelankan langkah. Berhenti sejenak dan beristirahat. Memikirkan
dan memeriksa ulang apa yang sedang kita lakukan.
Tidak salah juga
untuk berjalan lambat, tanpa perlu tergesa-gesa. Kita bisa menikmati setiap
momen yang sedang terjadi. Anak-anak menikmati setiap momen yang mereka alami.
Oke, segitu saja.
Sekian!
.jpg)